Menyikapi Politik Praktis di Masa Natal di Tanah Papua. - WARTA GLOBAL PAPUA

Mobile Menu

Top Ads

Responsive Leaderboard Ad Area with adjustable height and width.

Berita Update Terbaru

logoblog

Menyikapi Politik Praktis di Masa Natal di Tanah Papua.

Kamis, 28 Desember 2023


Papua.WARTAGLOBAL.id - Deklarasi politik praktis di Tanah Papua yang bersinggungan dengan perayaan Natal memunculkan pertanyaan mengenai keberpihakan antara politik dan agama di tengah umat Kristiani. Perayaan Natal, sebagai hari suci umat Kristiani, seharusnya dihargai dan dihormati dengan tidak dicampuri oleh hiruk-pikuk politik, terutama dalam suasana Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024.


Suasana politik yang tengah memanas dengan kampanye politik, pemasangan alat peraga kampanye (APK), dan aktivitas politik lainnya yang meramaikan bulan Desember sebagai persiapan Pemilu dapat memberikan tekanan terhadap umat Kristiani di Tanah Papua. Perayaan Natal, yang seharusnya diisi dengan damai dan sukacita, kini terancam oleh kehadiran politik praktis yang mendominasi ruang publik.


Pentingnya menyadari bahwa umat Kristiani di Tanah Papua, mayoritas menganut agama Kristen Protestan dan Katolik, merayakan Natal sebagai bagian dari keimanan dan tradisi keagamaan. Campur tangan politik dalam momen ini dapat dianggap tidak menghormati kebebasan beragama dan hak untuk merayakan kepercayaan agama masing-masing.


Dalam konteks politik praktis di Tanah Papua, terlihat adanya ketegangan antara kewajiban politik dan kewajiban agama. Pemilihan Umum merupakan bagian penting dari demokrasi, namun perayaan agama juga memiliki tempat yang khusus dalam kehidupan umat beragama. Keseimbangan antara keduanya perlu diperhatikan agar tidak terjadi konflik nilai dan hak asasi manusia.


Umat Kristiani di Tanah Papua dihadapkan pada pilihan sulit antara mengutamakan momen perayaan Natal atau terlibat aktif dalam proses politik praktis. Sebagai individu dan masyarakat yang beragama, penting untuk meresapi nilai-nilai keagamaan dalam menghadapi tantangan politik dan menjaga keharmonisan antara keduanya.


Keberpihakan pada nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan keadilan seharusnya menjadi landasan bagi partisipasi politik umat Kristiani. Dalam konteks Pemilu, pemilihan pemimpin yang dapat mempromosikan dan melindungi hak-hak seluruh masyarakat, tanpa memandang agama atau etnis, merupakan tindakan positif.


Melalui refleksi ini, diharapkan masyarakat, khususnya umat Kristiani di Tanah Papua, dapat menemukan jalan tengah yang menghormati kedua aspek penting ini—agama dan politik. Semoga momen Natal tetap diisi dengan damai, sukacita, dan kasih, bahkan di tengah dinamika politik yang sedang berlangsung.


editorial/*


KALI DIBACA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar